Jumat, 19 Maret 2010

*SIDOARJO TEMPOE DOELOE*


Sidoarjo dahulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibatu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokari. Sidokare dipimpin R. Notopuro berasal dari Kasepuhan, putra R.A.P Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare, yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi Kabupaten Sidoarjo.


Geografi
Wilayah Kabupaten Sidoarjo berada di dataran rendah. Sidoarjo dikenal dengan sebutan Kota Delta, karena berada di antara dua sungai besar pecahan
Kali Brantas, yakni Kali Mas dan Kali Porong. Kota Sidoarjo berada di selatan Surabaya, dan secara geografis kedua kota ini seolah-olah menyatu.


Transportasi
Bandara Internasional Juanda dan terminal bus
Purabaya yang dianggap sebagai “milik” Surabaya, berada di wilayah kabupaten ini. Terminal Purabaya merupakan gerbang utama Surabaya dari arah selatan, dan salah satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Kereta komuter Surabaya Gubeng-Sidoarjo-Porong menghubungkan kawasan Sidoarjo dengan Surabaya.


Pembagian administratif
Kabupaten Sidoarjo terdiri atas 18
kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kota kecamatan lain yang cukup besar di Kabupaten Sidoarjo diantaranya Taman, Krian, Candi, Porong dan Waru.

Perekonomian
Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil perikanan, diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Logo Kabupaten menunjukkan bahwa Udang dan Bandeng merupakan komoditi perikanan yang utama kota ini. Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan “Kota
Petis“. Oleh-oleh makanan khas Sidoarjo adalah Bandeng Asap dan Kerupuk Udang. Sektor industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis kawasan Indonesia Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan Laut Tanjung Perak maupun Bandar Udara Juanda, memiliki sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sidoarjo. Sektor industri kecil juga berkembang cukup baik, diantaranya sentra industri kerajinan tas dan koper di Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu di WedoroWaru dan TebelGedangan, sentra industri kerupuk di TelasihTulangan.


Olahraga
Gelora Delta terdapat di Jalan Pahlawan Kota Sidoarjo, dimana pernah digunakan untuk pembukaan
PON XV Jawa Timur 2002. Dimana stadion ini adalah markas dari klub sepak bola Deltras Sidoarjo.

Kuliner Khas
Kupang Lontong Sidoarjo + Sate kerang
Bandeng presto Sidoarjo

find

SS501 – FIND

na-ege seodo na-ege seodo ganjeolhaejin maminde
eotteokharago eotteokharago haeyo
neomu adeukhan neomu adeukhan sarang inde
jeoldae pogi mothaneun shimjangi geudae ingeo jyo

yeogiseo isseo neoui useum chaja ulkkeoya
nimam apeugehan nunmureun yeogi naega da jaba dultenikka
tumyeonghan ni sarangeul jeoldae ijji mothal gireum mandeuro
bandeushi uri sarangeul dashi chajeultenikka

niga eopshido niga epseodo jal haenael su isseulkka
kkumeul kku-eodo hangsang duri yeottneunde
neoreul dalma-on neoreul dalma-on shigandeureul
jeoldae pogi mothaneun miryeonhan shimjangingeojyo

yeogiseo isseo neoui useum chaja ulkkeoya
nimam apeugehan nunmureun yeogi naega da jaba dultenikka
tumyeonghan ni sarangeul jeoldae ijji mothal gireum mandeuro
bandeushi uri sarangeul dashi chajeultenikka

teongbin sarange gaseum ta-oreuneun seulpeumdo
neoreul maeumeseo mireonaegi-en bujokhan nareul jaranikka
heureuneun geu nunmure nameun gi-eok majeo jamkil ttakkaji
bandeushi naui sarangeun neoreul chajeultenikka
young saeng
jung min
hyun joong
kyu jung
hyun joon

wonder boy

1 2 3 let's go uuu uuu

To taekhamyon dwae nae
Sarmui concept
Jaritan sesangsoge
Nan jal hanikka jal nan nanikka
Mido bwa gourul bwa
Bichul baragiman hae
Onjena hae markge

Boiji annun nunmurun itgetjiman
Nunmurun itgetjiman

Arajugiman hae jwo
I jagun sesang aneso
I jakgo yorin nae gasum anen
Hwanhan segyerul gamsa ana

Dallyoboja naeirul hyanghan
Duryoum tawin opso
Godokhan taeyang arae barkge bichwo jul
Na Wonder Boy Yeah

Munje-en hangsang bimiri isso
Gu haedabun gandanhae
O chumul chu dut
Gu nukkim gudaero
Pajyo bwa duryowon ma
Himdun il ilgorago
Miri sangsanghaji ma

Boiji annun nunmurun itgetjiman
Shijakdo kutdo modu
Naega manduro bonun goya
Hanurul naragaso byori doeo
Banjaginun na janha

Nunbushin taeyangun
Nal bichwojune hwanhan misoro
Usanun hanamyon dwae duryopjin anke

Gu nunmul tawin
Gamchwo dujin ma Yeah
Soril nae uro gwaenchanha
Gasume burkge muldun
Noul barabomyonso
Hanuri naeryo jun namanui chukje

Do kuthun opso
Damdamhi nunbushin mirael yoro
Onurui taeyangun nal gamsamyo
Paran hanul arae
Usanun hanamyon dwae duryopjin anke
Godokhan taeyang arae barkge bitnage

Rallara rallallalla
Rarallallalla
Rarararal rallallalla
Rarallallalla

Nunbushin taeyangun
Nal bichwojune hwanhan misoro
Usanun hanamyon dwae duryopjin anke
Na Wonder Boy Yeah

asal-usul kota sidoarjo

sekedar merevisi apa yang ditulis oleh GaramDunia agar tidak terjadi salah paham, yang diposting oleh mas GaramDunia memang benar adanya, disini ada sedikit yang perlu saya luruskan

memang benar wilayah Sidoarjo dulu memang pusat kerajaan Airlangga tp perlu saya perjelas BAHWA DULU ITU BERNAMA KERAJAAN AIRLANGGA, BUKAN SIDOARJO
================================================== ========
tepatnya pada tahun 1851 daerah Sidoarjo bernama Sidokare, bagian dari kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada tahun 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.Dengan demikian Kabupaten Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan sejak itu mulai diangkat seorang Bupati untuk memimpin Kabupaten Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dari Kasepuhan, putera R.A.P Tjokronegoro Bupati Surabaya, dan bertempat tinggal di kampung Pandean (sebelah selatan Pasar Lama sekarang), beliau medirikan masjid di Pekauman (Masjid Abror sekarang),sedang alun-alunya pada waktu itu adalah Pasar Lama. Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten Sidoarjo. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara resmi terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo adalah tangal 28 Mei 1859 dan sebagai Bupati I adalah R.Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) Semula rumah Kabupaten di daerah kampung Pandean, kemudian karena suatu hal maka Bupati Tjokronegoro I dipindahkan ke Kampung Pucang (Wates). Disini beliau membangun masjid Jamik yang sekarang ini (Masjid Agung), tetapi masih dalam bentuk yang sangat sederhana, sedang di sebelah Baratnya dijadikan Pesarean Pendem (Asri). Pada tahun 1862, beliau wafat setelah menderita sakit, dan dimakamkan di Pesarean Pendem (Asri). Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakak alnarhum sebagai Bupati Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono), pindahan dari Lamongan. Pada masa pemerintahan Bupati Tjokronegoro II ini pembangunan - pembangunan mendapat perhatian sangat besar antara lain, meneruskan pembangunan Masjid Jamik yang masih sangat sederhana, perbaikan terhadap Pesarean Pendem, disamping itu dibangun pula Kampung Magersari sebelah Barat Kabupaten, yang kemudian ditempatkan disitu orang-orang Madura. Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro mendapat pensiun, yang tak lama kemudian pada tahun sama beliau wafat, dimakamkan di Pesarean Botoputih Surabaya. Sebagai gantinya diangkat R.P Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung tetapi hanya berjalan 3 bulan karena wafat pada tahun itu juga dan dimakamkan di Pesarean Pendem. Selanjutnya dalam tahun1883 itu diangkat R.A.A.T. Tjondronegoro I
================================================== ==========
jadi kesimpulannya HUT Sidoarjo tiap tanggal 31 Januari didasarkan pada Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, yang membagi daerah Kabupaten Surabaya menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare

asal-usuk kota sidoarjo

Nama Kahuripan (Sidoarjo) muncul kembali dalam catatan sejarah Kerajaan Majapahit yang berdiri tahun 1293. Raden Wijaya sang pendiri kerajaan tampaknya memperhatikan adanya dua kerajaan yang dahulu diciptakan oleh Airlangga.

Dua kerajaan tersebut adalah Kadiri alias Daha, dan Janggala alias Kahuripan atau Jiwana. Keduanya oleh Raden Wijaya dijadikan sebagai daerah bawahan yang paling utama. Daha di barat, Kahuripan di timur, sedangkan Majapahit sebagai pusat.

Pararaton mencatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Bhatara i Kahuripan, atau disingkat Bhre Kahuripan. Yang pertama ialah Tribhuwana Tunggadewi putri Raden Wijaya. Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh Gajah Mada yang diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan Ra Kuti.

Hayam Wuruk sewaktu menjabat yuwaraja juga berkedudukan sebagai raja Kahuripan bergelar Jiwanarajyapratistha. Setelah naik takhta Majapahit, gelar Bhre Kahuripan kembali dijabat ibunya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.

Sepeninggal Tribhuwana Tunggadewi yang menjabat Bhre Kahuripan adalah cucunya, yang bernama Surawardhani. Lalu digantikan putranya, yaitu Ratnapangkaja.

Sepeninggal Ratnapangkaja, gelar Bhre Kahuripan disandang oleh keponakan istrinya (Suhita) yang bernama Rajasawardhana. Ketika Rajasawardhana menjadi raja Majapahit, gelar Bhre Kahuripan diwarisi putra sulungnya, yang bernama Samarawijaya.

Senin, 15 Maret 2010